Thursday, April 14, 2011

Cerpenku

nah, ini dia cerpen buatanku sendiri, baru belajar sih dan mungkin ga terlalu bagus ^^, dibaca yaa ^-^
Pelajaran Berharga untuk Mentari
Namaku mentari, aku hanya berasal dari keluarga sederhana. Maka dari itu, aku selalu berusaha untuk tidak terlalu merepotkan orang tuaku, akhirnya dengan kerja keras yang begitu panjang, aku dapat meraih beasiswa di sebuah sekolah terkenal di kotaku. Ini hari pertamaku sekolah, pertama kalinya aku bertemu teman – teman baru. Aku tidak kaget, barang mereka serba mewah, kulit mereka bersih, namun begitu sombong bagiku, mereka sepertinya tau jika aku tak sepadan dengan mereka. Bel istirahat pertama berbunyi, tapi, aku hanya diam di kelas, teman – teman meninggalkanku untuk belanja ke kantin, tapi aku tidak sendirian, ada seorang laki – laki yang asyik dengan laptopnya duduk di belakangku, sepertinya dia sedang serius, namun, tak kusangka ia menyapaku.“Ehhemmm, kok sendirian, ga laper tuh?” tanyanya dengan nada yang menurutku lucu, aku tersenyum,  “Oh….aku udah makan tadi pagi, kamu juga, apa kamu ga laper?” balasku, “Laper sih, cuma males jalan ke kantin, oh ya, kita belum sempat kenalan kan?”, lalu ia menghampiriku dan menjulurkan tangannya.
“Aku Radit, kamu?”
“Aku Mentari.” Jawabku.
Bel berbunyi, teman – temanpun berbondong – bondong masuk kelas. Tak terasa sudah jam 2 siang, itu tandanya jam pelajaran telah usai, aku bergegas keluar, namun langkahku terhenti, ketika aku melihat seorang gadis menghampiri radit, aku tau dia pasti pacar radit, mereka terlihat sangat dekat, lebih dari kedekatan seorang teman, sepertinya aku tidak sanggup, lalu aku pergi ke parkiran dan segera mengambil motor bututku, diperjalanan, aku terus berfikir, kenapa aku bisa begitu cemburu, kenapa aku sedih melihat mereka berdua, jangan – jangan aku suka sama Radit, tapi aku takkan pernah pantas, dia orang kaya dan memang pantas dengan orang kaya, aduh… jangan sampai aku terlalu pusing memikirkan itu, aku harus tetap focus belajar untuk sekolahku.
 “Tari…bangun sayang.” ibu menjerit, suaranya membuat aku langsung beranjak dan segera bersiap – siap, gara – gara kesiangan, aku bahkan tidak sempat sarapan, sesampainya di sekolah, ternyata masih sepi, aduh.. aku benar – benar bodoh,apalagi, aku tidak membawa bekal, entah harus bagaimana aku hari ini.
Namun, kejadian kemarin terulang lagi, waktu istirahat, hanya ada aku dan radit yang asyik dengan game di laptopnya, tapi, hari ini beda, perutku terasa sakit  sekali, aku ingin meminjam uangnya radit, tapi, aku malu. Namun, tak kusangka radit menghampiriku, lalu melihat wajahku dengan ekspresi kebingungan, sangat dekat, hingga aku tak berani memandanginya, lalu aku menunduk, “ Kamu kok pucat, sakit ya?” tanyanya, aku mengangguk, lalu ia berlari keluar, tak beberapa ia kembali, “Nih….makan rotinya.” Ia mengulurkan roti sambil tersengal sengal. “Makasih, nanti aku kembaliin deh uangnya” jawabku. “Tari…..Tari ga usah kali, cuma dua ribu kok harganya, lagian aku ikhlas nolong kamu” ia berkata sambil tersenyum. Oh..Tuhan, Radit begitu perhatiannya sama teman.
Malam hari, ketika aku sudah ingin tidur, handphoneku berbunyi, tapi, di layarnya terpampang nomer telepon yang tak ku kenal. “Selamat malam.” sapaku.  “Tari ya?” terdengar suara seseorang yang sepertinya tidak asing bagiku. “Iya, ini dengan siapa?” tanyaku, “Ini Radit, kamu besok ada acara ga?”. “Ga, ada apa?” sahutku, “Besok temenin aku ya, aku mau ke mall buat beliin adikku kado, besok dia ulang tahun, dan aku ga tau harus beliin apa.”, aku lalu terdiam seribu bahasa, perasaanku bahagia bercampur kaget.
Esok harinya, saat aku baru datang, kulihat teman – teman sekelas mengerumuni bangku milik pacarnya radit, lalu kudengar bisik – bisik teman sekelas, yang kudengar Citra dengan Radit sudah putus. Aku makin kaget ketika kudengar mereka putus tanpa sebab yang jelas. Kini berita putusnya radit dan citra telah menyebar luas, dan heboh di sekolahku, itu karena Radit dan Citra sudah menjalin hubungan sejak SMP, dan mereka sangat serasi, karena orangtua radit dan citra sama – sama pemegang saham terbesar di beberapa perusahaan, dan yang lebih aneh, radit kini digosipkan dengan Naraya Putri Pradipta, siswi kelas sebelah. Aduh…..aku benar – benar bingung, tapi, ya sudahlah.
Siangnya,  aku menemani Radit ke salah satu mall elite di dekat sekolahku. Aku merasa sangat nyaman ada di dekatnya. Dia begitu baik dan perhatian padaku. Sebenarnya aku agak kege-eran, tapi, aku tampis perasaan itu jauh - jauh. Hari ini benar – benar indah, hingga malam pun aku tak bisa tidur memikirkan hal ini padahal besok aku ada ulangan matematika, aduuhhh……..gimana nih, radit benar – benar merusak konsentrasi belajarku.
Pagi itu, pak guru matematikaku yang galak sudah siap untuk memberi kelasku ulangan, walaupun kemarin aku tidak sungguh – sungguh belajar, namun untungnya, nilai ulanganku tetap bagus. Nasibku sedang baik kali ini, lebih baik lagi ketika Radit menghampiriku dan meminta agar aku mengajarkan ia tentang pelajaran matematika yang tadi. “Dimana dit?” tanyaku, “Di rumahku aja, gimana?” Balasnya, “Oke, tapi nanti kasih tau alamatnya ya.” Sembari ku tersenyum padanya, lalu ia mengacungkan kedua jempolnya.
Setelah minta ijin, akupun langsung berangkat ke rumah Radit, rumahnya benar – benar bagus. Sambil belajar, sesekali kita bercanda, tiba – tiba Radit nyeletuk, “Coba pacar aku sepinter kamu pasti aku seneng banget.”, aku terdiam, dengan malu – malu aku bertanya kepadanya “Emang pacar kamu siapa dit?” tanyaku. “Oh…kamu belum tau ya?, aku belum ceritain ke kamu?, pacar aku si Aya, Naraya Putri kamu pasti tau dia, iya kan?.”, aku hanya bisa mengangguk lemas. Dalam perjalanan pulang, aku terus berpikir, betapa bodohnya aku, aku berharap pada sesuatu yang tak pasti, ternyata Radit itu playboy berat, buktinya baru putus langsung jadian lagi. “cccckkk…”, akhirnya, aku tersadar juga dari segala mimpiku selama ini. Semoga saja ini jadi pelajaran berharga untukku, ya semoga…..



No comments:

Post a Comment